
Traveling dalam Sepak Bola. Istilah “traveling” lebih dikenal dalam bola basket, merujuk pada pelanggaran ketika pemain bergerak secara ilegal dengan bola. Namun, dalam sepak bola, konsep “traveling” tidak ada dalam aturan resmi. Artikel ini membahas mengapa istilah traveling tidak relevan dalam sepak bola, konteks di mana istilah ini kadang disalahgunakan, pelanggaran serupa yang ada dalam aturan sepak bola, serta dampaknya pada permainan.
Mengapa Tidak Ada Traveling dalam Sepak Bola?
Menurut Laws of the Game yang dikeluarkan oleh International Football Association Board (IFAB), sepak bola tidak memiliki aturan yang disebut “traveling.” Dalam bola basket, traveling terjadi jika pemain mengambil langkah berlebihan tanpa mendribel bola. Sebaliknya, sepak bola mengizinkan pemain untuk menggiring bola dengan kaki tanpa batasan langkah, selama bola tetap dalam kendali dan tidak melanggar aturan lain, seperti handball atau pelanggaran fisik. Kebebasan ini adalah inti dari dinamika sepak bola, di mana dribel, lari cepat, dan pergerakan kreatif menjadi elemen kunci.
Salah Kaprah Penggunaan Istilah Traveling
Kadang-kadang, istilah “traveling” disalahgunakan oleh penggemar atau komentator awam untuk menggambarkan situasi di mana pemain dianggap berlari terlalu jauh dengan bola tanpa passing atau terlihat “mengontrol bola secara berlebihan.” Namun, ini bukan pelanggaran menurut aturan. Contohnya, dribel panjang oleh pemain seperti Diego Maradona dalam gol “Tangan Tuhan” 1986 atau solo run Lionel Messi melawan Getafe pada 2007 dianggap legal, meskipun melibatkan pergerakan jauh dengan bola. Selama bola digiring dengan kaki dan tidak ada pelanggaran, tindakan ini sah.
Pelanggaran Serupa dalam Sepak Bola
Meski traveling tidak ada, beberapa pelanggaran dalam sepak bola memiliki kemiripan konsep, yaitu membatasi cara pemain mengontrol atau membawa bola:
-
Handball: Jika pemain sengaja menyentuh bola dengan tangan atau lengan, ini dianggap pelanggaran (kecuali kiper di area penalti). Ini mirip dengan traveling dalam hal kontrol bola yang tidak sesuai aturan.
-
Dangerous Play: Bergerak dengan cara yang membahayakan lawan, seperti mengangkat kaki terlalu tinggi saat mengontrol bola, bisa dihukum sebagai pelanggaran.
-
Obstruction: Menghalangi pergerakan lawan secara tidak sah saat menggiring bola dapat menyebabkan pelanggaran. Pelanggaran ini diatur untuk menjaga fair play dan keamanan, bukan untuk membatasi jarak atau langkah seperti traveling dalam basket.
Dampak pada Permainan
Ketidakberadaan aturan traveling memungkinkan sepak bola menjadi olahraga yang dinamis, di mana pemain seperti Cristiano Ronaldo atau Neymar bisa memamerkan dribel panjang dan keterampilan individu. Ini mendorong kreativitas dan momen ikonik, seperti gol solo Gareth Bale di final Liga Champions 2018. Namun, tanpa aturan ketat, wasit harus jeli mendeteksi pelanggaran lain, seperti handball atau tackling berbahaya, untuk menjaga permainan tetap adil.
Tantangan bagi Wasit dan Penggemar
Bagi wasit, membedakan dribel legal dari pelanggaran seperti dangerous play membutuhkan pengamatan tajam, terutama dalam kecepatan tinggi. Teknologi VAR membantu, tetapi keputusan tetap kontroversial. Bagi penggemar, miskonsepsi tentang “traveling” sering muncul karena pengaruh olahraga lain seperti basket, terutama di kalangan penonton baru.
Kesimpulan
Traveling bukanlah konsep dalam aturan sepak bola, memungkinkan pemain untuk menggiring bola dengan kebebasan penuh selama mematuhi Laws of the Game. Meskipun istilah ini kadang disalahgunakan, pelanggaran seperti handball atau dangerous play berfungsi untuk menjaga disiplin. Kebebasan ini menciptakan momen ajaib dalam sepak bola, sekaligus menuntut wasit dan pemain untuk menjaga integritas permainan. Dengan memahami aturan, penggemar dapat lebih menghargai dinamika dan keindahan sepak bola.