Marcus Smart Sebutkan Lakers Harus Bermain Lebih Tangguh. Pekan kedua musim NBA 2025/2026 baru saja bergulir, dan Los Angeles Lakers sudah hadapi ujian awal yang menarik: kekalahan tipis 118-114 dari Minnesota Timberwolves di laga pembuka, diikuti kemenangan meyakinkan 112-98 atas Phoenix Suns tiga hari kemudian. Di tengah transisi besar pasca pensiun Jimmy Butler dan kedatangan Luka Doncic musim panas lalu, sorotan jatuh pada Marcus Smart, bek veteran berusia 31 tahun yang gabung via buyout dari Wizards. Di laga pembuka, Smart kumpul empat foul di babak pertama, tapi ia tetap beri nada defensif dengan tiga steal dan komunikasi vokal yang bikin tim tetap kompak. Pasca-laga kontra Suns, di mana ia tambah delapan poin, dua rebound, dan dua assist di 28 menit, Smart buka suara tegas: “Tim ini harus main lebih tangguh; di NBA, tim paling tangguh yang atur aturan.” Ungkapan ini, yang ia ulang di konferensi pers Rabu malam, jadi panggilan bangun bagi Lakers yang finis kesepuluh Barat musim lalu. Pelatih JJ Redick, yang rekrut Smart untuk bawa mentalitas itu, anggap ini sinyal positif di musim yang target top-four Barat, di mana LeBron James masih jadi pilar meski absen awal karena masalah saraf pinggul. INFO CASINO
Performa Awal Smart dan Nada Defensifnya: Marcus Smart Sebutkan Lakers Harus Bermain Lebih Tangguh
Marcus Smart langsung beri dampak di dua laga awal, meski debutnya kontra Timberwolves tak sempurna. Empat foul di 12 menit pertama—termasuk dua reach-in yang dianggap terlalu agresif—buat ia duduk panjang, tapi itu justru jadi pelajaran. “Saya tak kecewa; foul itu tunjukkan saya siap bertarung,” katanya pasca-laga. Di Suns, ia bangkit: delapan poin dari dua tembakan tiga, plus dua steal yang picu fast break Luka Doncic untuk gol mudah. Total dua laga, Smart rata-rata 22 menit, dengan 60 persen akurasi tembakan dan tiga steal—angka impresif untuk bek yang fokus pertahanan. Ungkapan soal ketangguhan lahir dari pengamatannya: Lakers unggul rebound 48-42 lawan Timberwolves, tapi kalah duel fisik di paint, di mana Anthony Edwards kuasai 15 poin dari drive. Smart, mantan Defensive Player of the Year 2022 dengan tiga kali All-Defensive First Team di Boston, tahu betul: “Kami punya talenta, tapi tanpa tangguh, itu sia-sia. Lihat Suns malam itu—mereka tekan kami, kami balas dengan energi sama.” Ini sejalan dengan perannya: guard multiple posisi, dari point guard hingga small forward, yang bantu Lakers switch efektif di pick-and-roll. Redick puji, “Marcus set tone; ia bicara di lapangan, bukan cuma di ruang ganti.”
Kebutuhan Lakers: Bangun Mentalitas Baru Pasca Transisi: Marcus Smart Sebutkan Lakers Harus Bermain Lebih Tangguh
Lakers memasuki musim ini dengan skuad campur: Doncic dan LeBron James sebagai duo utama, ditambah Austin Reaves dan DeAndre Ayton di frontcourt, tapi absennya Butler tinggalkan lubang ketangguhan. Musim lalu, mereka finis 37-45, kalah playoff dari Clippers karena lemah di clutch moments—kebobolan rata-rata 112 poin di kuarter akhir. Smart lihat itu sebagai peluang: “Kami harus main seperti tim juara; tangguh berarti dive untuk bola longgar, take charge, dan tak mundur dari kontak.” Di laga Suns, Lakers menang duel udara 52 persen berkat Ayton yang tambah 14 rebound, tapi Smart tekankan komunikasi: ia pimpin switch melawan Devin Booker, batasi ia ke 18 poin dari 22 tembakan. Ini kontras awal musim lalu, di mana turnover 15 per laga bikin mereka rentan. Redick, yang bangun sistem baru dengan pace lebih cepat (102 possession per laga), andalkan Smart untuk kultur defensif—mirip era Pat Riley di 1980-an. “Ia bawa energi yang kami butuh; tangguh bukan soal ukuran, tapi hati,” kata Redick. Dengan James absen hingga mid-November, Smart jadi kapten lapangan, dorong Reaves dan Jalen Hood-Schifino main lebih agresif di perimeter.
Inspirasi dari Pengalaman Smart: Dari Boston ke Lakers
Pengalaman Marcus Smart jadi pondasi ungkapannya. Di Boston Celtics selama sembilan tahun (2014-2023), ia raih gelar juara 2024 dengan peran cadangan defensif: 10 poin, 3.5 rebound, dan 1.5 steal per laga, plus kontribusi kunci di final kontra Mavericks. “Saya belajar dari sana: tim tangguh menang seri, bukan talenta saja,” katanya. Cedera hamstring dan pergelangan kaki batasi ia ke 54 laga dua musim terakhir di Memphis Grizzlies dan Wizards—hanya 8.6 poin rata-rata—tapi buyout Juli lalu bawa ia ke Lakers sebagai veteran murah. Di media day September, ia bilang, “Saya lapar lagi; Lakers punya no ceiling jika kami tangguh.” Ini resonan dengan sejarahnya: Rookie of the Year 2015, ia sering dive untuk bola loose, hasilkan 1.2 steal per laga karir. Bagi Lakers, yang rekrut Dorian Finney-Smith ke Houston musim panas, Smart isi kekosongan itu—ia guard posisi 1-4, bantu lawan duo Edwards-Gobert. Ungkapan tangguhnya juga sentuh Ayton: center baru itu tambah, “Marcus dorong kami; malam Suns, ia ambil charge pertama, kami ikut.” Ini bangun chemistry awal, di mana Lakers kurangi turnover dari 14 ke 10 per laga di laga kedua.
Kesimpulan
Ungkapan Marcus Smart bahwa Lakers harus main lebih tangguh jadi panggilan bangun tepat di awal musim 2025/2026, di mana tim ini punya talenta melimpah tapi butuh mental juara untuk saingi Thunder dan Nuggets di Barat. Dengan performa awal yang solid meski foul trouble, Smart tunjukkan ia siap pimpin nada defensif, dorong rekan seperti Doncic dan Reaves bertarung lebih keras. Redick punya fondasi bagus: ketangguhan bukan opsional, tapi esensi. Laga berikutnya kontra Memphis Grizzlies Jumat malam jadi ujian—kemenangan bisa teguhkan momentum, kekalahan picu evaluasi cepat. Bagi penggemar di Crypto.com Arena, ini harapan baru: era baru Lakers lahir dari hati, bukan sekadar nama besar. Musim panjang, tapi dengan Smart di barisan, mereka siap bertarung.