JJ Redick Merasa Aman Jika Reaves yang Buat Keputusan. Pasca-kemenangan dramatis Los Angeles Lakers atas Minnesota Timberwolves dengan skor 108-107 pada 29 Oktober 2025, pelatih JJ Redick tak henti-hentinya puji Austin Reaves sebagai kunci skuadnya. Di konferensi pers, Redick bilang ia “merasa aman” kalau Reaves yang ambil keputusan krusial di akhir laga—sebuah pernyataan yang langsung jadi headline. Ini bukan omong kosong; Reaves baru saja lepaskan three-pointer penentu kemenangan di buzzer, cetak 24 poin dari bangku cadangan. Bagi Redick, rookie coach yang baru ambil alih musim panas lalu, momen ini bukti kepercayaan pada pemain undrafted 2021 itu. Lakers, yang lagi adaptasi tanpa Anthony Davis karena cedera, naik ke peringkat enam Barat dengan rekor 5-3. Pernyataan Redick soroti filosofinya: bangun tim lewat pemimpin lapangan, bukan cuma bintang besar. Di tengah persaingan ketat, keamanan mental Redick soal Reaves jadi senjata rahasia Lakers untuk musim panjang. REVIEW KOMIK
Kepercayaan Redick yang Dibangun dari Pramusim: JJ Redick Merasa Aman Jika Reaves yang Buat Keputusan
JJ Redick tak langsung percaya buta pada Austin Reaves; itu hasil kerja keras sejak pramusim. Sebagai mantan analis ESPN, Redick paham data: Reaves punya clutch rating 1.2 di akhir laga musim lalu, lebih tinggi dari rata-rata guard Lakers. Di sesi latihan Juli-Agustus, Redick sering simulasikan skenario akhir kuarter, dorong Reaves ambil bola dan buat call sendiri. “Saya ingin dia merasa aman di situasi itu, karena dia punya insting,” ujar Redick di podcast pribadinya pekan lalu. Ini visi barunya: bukan mikro-manage seperti pelatih lama, tapi beri ruang buat pemain seperti Reaves berkembang.
Pernyataan “merasa aman” Redick muncul pasca-laga Wolves, saat ia bilang, “Kalau bola di tangan Reaves di 10 detik terakhir, saya tidur nyenyak.” Ini kontras dengan tekanan awal musim, di mana cedera Davis dan Vanderbilt bikin rotasi tipis. Redick, dengan pengalaman 15 tahun sebagai pemain di Duke dan NBA, tahu betul beban clutch bisa hancurkan pemula—tapi Reaves beda. Ia sudah bukti di playoff 2023, cetak 23 poin lawan Warriors. Kepercayaan ini tak cuma kata-kata; Redick sesuaikan lineup akhir laga untuk Reaves guard point, hasilkan plus-minus +18 malam itu. Bagi Redick, yang kontraknya hingga 2027, ini fondasi: tim yang aman secara mental menang lebih sering di Barat brutal.
Performa Reaves yang Bikin Redick Tenang: JJ Redick Merasa Aman Jika Reaves yang Buat Keputusan
Austin Reaves jadi alasan utama Redick merasa aman. Malam lawan Wolves, ia masuk kuarter kedua dan langsung ubah ritme: serangkaian drive dan tembakan jarak menengah bikin Wolves kewalahan. Total 24 poin dari 9 tembakan, 60 persen efisiensi, plus lima rebound dan tiga assist—ia top scorer tim tanpa LeBron James ambil beban penuh. Game-winner three-pointer itu? Bukan kebetulan; Reaves latihan shot off-balance ribuan kali, dan dribelnya lewati Jaden McDaniels tunjukkan visi 27 tahunnya.
Musim ini, Reaves naik level: rata-rata 18 poin dari enam laga, naik dari 13 musim lalu, dengan true shooting 58 persen. Redick puji adaptasinya ke peran hybrid guard-forward, terutama tanpa Davis yang biasa tutup rebound. Di akhir laga, Reaves ambil keputusan sendiri: tolak pass ke LeBron, pilih iso dan lepaskan shot—panggilan benar yang bikin skor balik 105-107 jadi 108-107. Ini bukan pertama; di kemenangan lawan Suns pekan lalu, ia cetak 20 poin termasuk and-one clutch. Redick bilang Reaves “pemimpin mapan,” karena ia tak ragu komunikasi di time-out: saran switch defense yang cegah Edwards cetak lebih dari 30 poin. Performa ini bikin Redick tenang—Reaves bukan sekadar shooter, tapi floor general yang bisa baca permainan.
Dampak Pernyataan Redick untuk Dinamika Tim dan Rival
Pernyataan Redick soal Reaves tak cuma angkat satu pemain; itu ubah dinamika Lakers. Dengan skuad pendek, Redick beri mandat lebih ke Reaves: ia sekarang sering lead huddle kuarter keempat, dorong tim main tim-oriented. Hasilnya? Lakers unggul assist 28-22 lawan Wolves, meski tertinggal rebound karena cedera. LeBron James, 40 tahun, puji Reaves di locker room: “Dia ambil beban dari saya.” Ini sejalan visi Redick: distribusi peran, kurangi ketergantungan LeBron yang musim lalu main 35 menit rata-rata.
Di Barat, pernyataan ini tekan rival. Nuggets dan Clippers, yang Lakers kalahkan dua dari tiga laga terakhir, waspada Reaves sebagai X-factor. Pelatih Wolves Chris Finch akui pasca-laga: “Reaves main seperti veteran; keputusan akhirnya sempurna.” Bagi Lakers, ini angkat moral: rekor 5-3 naik ke peringkat enam, selisih dua poin dari Thunder. Redick, yang sempat dikritik soal inexperience, bukti ia paham psikologi tim—pernyataan aman ini bikin pemain percaya diri, kurangi turnover akhir laga dari 4.2 jadi 2.8 musim ini. Dampaknya juga ke pengembangan: Reaves kini mentor rookie Dalton Knecht, ajar clutch mindset. Ini fondasi kuat jelang laga lawan Grizzlies, di mana keputusan Reaves lagi diuji.
Kesimpulan
Pernyataan JJ Redick soal merasa aman kalau Austin Reaves buat keputusan jadi cerita inspiratif di awal musim Lakers 2025/26. Dari kepercayaan dibangun pramusim, performa Reaves yang bikin tenang di lapangan, hingga dampak positif buat dinamika tim, momen ini tunjukkan potensi duo pelatih-pemain ini. Redick bukan cuma analis; ia builder yang paham mental. Bagi Lakers yang haus gelar, Reaves wakili masa depan clutch—dan Redick aman taruh bola di tangannya. Musim Barat ketat, tapi dengan fondasi seperti ini, Lakers siap tempur. Penggemar Crypto.com Arena tunggu momen selanjutnya—karena di NBA, keputusan tepat menang laga, dan Reaves punya itu.